Rani, bocah kelas empat SD dengan serius tengah menulis sesuatu sejak
tadi. Berkali-kali ia terlihat berpikir kemudian menulis kembali di
atas selembar kertas kemudian memasukkannya ke dalam sebuah amplop.
Bundanya mulai bertanya-tanya sedang apakah anaknya gerangan. “Rani,
sedang menulis apa?” Tanya Bundanya sembari mendatangi meja belajar
Rani. “Sedang menulis surat Bunda.” Jawab Rani. “Untuk siapa?”, “Untuk
Allah.” Bundanya tampak heran namun Rani memulai cerita bahwa tadi pagi
di sekolah guru agamanya mengajarkan bahwa Allah akan mengabulkan doa
hamba-hamba-Nya jika mereka meminta. “Ya, lalu untuk apa surat ini
sayang?” Tanya Bunda masih tak mengerti. “Rani menuliskan semua doa-doa
Rani di surat ini, Rani minta Allah mengabulkannya. Allah pasti membaca
surat Rani, iya kan Bunda?”, “Iya sayang, Allah Maha Melihat, Allah
pasti melihat surat Rani.” Jawab bunda.
Rani merupakan anak semata wayang di keluarganya. Ayahnya sedang
mengidap sakit keras, bahkan dokter telah menyerah dan memvonis bahwa
umur ayah Rani tidak akan lama lagi. Beberapa hari berlalu, kali ini,
tidak seperti biasanya sebelum berangkat ke sekolah Rani memeluk tubuh
ayahnya erat-erat, lama sekali, Rani mencium kening dan pipi ayahnya.
Bundanya menatap sedih, seolah terlihat Rani khawatir tidak bisa melihat
ayahnya lagi sepulang dari sekolah nanti.
Setelah Rani berangkat, Bunda Rani merapikan meja belajar anaknya,
kemudian hatinya tergerak untuk membuka amplop-amplop yang berada di
atas meja itu. Ia membaca surat buatan anaknya itu satu per satu.
“Kepada Allah di tempat, Ya Allah, Rani besok mau ujian Matematika,
baguskan nilai Rani ya Ya Allah. Amiin.” Bundanya tersenyum kemudian
membuka surat yang lain. “Untuk Allah yang Rani cintai, hari ini Rani
menanam bunga di dekat jendela kamar Rani, tumbuh suburkan bunga-bunga
yang Rani tanam ya Ya Allah. Terimakasih Ya Allah.” Di surat lainnya
Rani menulis, Ya Allah, hari ini Rani diganggu anjing si Ogi. Hukum
anjing si Ogi itu Ya Allah.”
Sejenak kemudian bunda Rani berhenti membaca, ia baru menyadari
sesuatu. Doa-doa Rani itu, Allah telah mengabulkan semuanya. Beberapa
hari yang lalu dengan bangga Rani menunjukkan nilai matematika yang
bagus kepada bunda dan ayahnya. Bunda Rani langsung berdiri dan
mengintip ke jendela, terlihat bunga berwarna-warni bergoyang-goyang
ditiup angin sepoi-sepoi. Bunga itu tumbuh subur seperti yang diminta
Rani kepada Allah. Bunda Rani langsung membuka semua surat-surat yang
lainnya. Kemudian hatinya bimbang dan heran. Mengapa tak satu pun surat
yang berisi permohonan agar ayahnya segera sembuh?
Di siang harinya telepon rumah berdering, ”Assalamu’alaikum, dengan
bundanya Rani?” suara di seberang sana. “Wa’alaikumussalam, iya. Dengan
siapa? Ada apa ya?” Tanya Bunda Rani. “Ibu, saya guru Rani di sekolah.
Kami ingin memberitahu ibu kalau Rani mengalami kecelakaan, ia terjatuh
dari lantai empat sekolah dan meninggal.” Betapa shock dan kagetnya
mendengar berita yang menimpa puteri semata wayangnya.
Setahun sudah berlalu semenjak kejadian itu. Ayah Rani yang dulunya
telah diprediksi oleh dokter tidak akan berumur lama lagi tersebut masih
hidup hingga kini. Bahkan keadaannya semakin hari semakin membaik. Ayah
dan bunda Rani masih sangat kehilangan dan terpukul sehingga mereka tak
pernah lagi membuka kamar tidur Rani dahulu. Mereka mengunci kamar itu
dan tak pernah masuk ke dalamnya karena akan merasa sangat sedih jika
melihat kamar itu. Hingga suatu kali saat Bunda Rani tengah lewat di
depan pintu kamar Rani terdengar bunyi sesuatu, seperti suara benda
jatuh. Akhirnya karena penasaran Bunda Rani membuka pintu itu setelah
setahun lamanya terkunci. Ternyata yang terjatuh adalah ukiran ayat
kursi dari kayu yang tergantung di kamar Rani. Bundanya pun bermaksud
membersihkan debu di benda itu dan menggantungnya kembali di dinding.
Namun, ia melihat sesuatu terselip di balik ukiran kayu itu, ternyata
surat Rani..!
Bundanya membuka kertas itu dan membaca isinya, “Ya Allah, Ayah Rani
sedang sakit keras Ya Allah. Tolong jangan ambil nyawa Ayah Ya Allah.
Ganti saja dengan nyawa Rani.”
(http://qyhanaray.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar