Adam Smith mulai menulis buku The Wealth of Nation
ketika berada di Perancis dan menyelesaikannya pada 1776 di Kirkcaldy,
yang akhirnya diterbitkan pada 1776. Pada masa ini, di Eropa telah
beredar buku-buku terjemahan karya ekonomi muslim. Bahkan, di Perancis
Selatan, banyak warga Perancis lulusan Pusat Kuliyah Islam menjadi guru
besar dengan menerapkan pola pengajaran yang mereka dapatkan dari
negara-negara Islam.
The Wealth of Nations terdiri dari lima jilid. Dalam jilid
kelima bab pertama, Adam Smith membandingkan masyarakat dengan tingkat
perekonomian yang berbeda, yakni bangsa dengan ekonomi terbelakang dan
bangsa ekonomi maju. Masyarakat dengan ekonomi terbelakang ditandai
dengan mata pencahariannya sebagai pemburu, sedang masyarakat ekonomi
maju ditandai dengan mata pencahariannya sebagai penggembala dan
pedagang. Contoh masyarakat ekonomi terbelakang adalah masyarakat Indian
di Amerika Utara, sedangkan contoh masyarakat ekonomi maju adalah
bangsa Arab dan Tartar.
Arab manakah yang dirujuk Adam Smith? Adam Smith menjelaskan,bangsa Arab yang dimaksud adalah yang dipimpin oleh “Mohammet and his immediate successors atau
lebih tepatnya Rasulullah Muhammad saw dan Khulafaur Rasyidin.
Jelaslah, yang dijadikan contoh perekonomian maju oleh Adam Smith adalah
perekonomian umat Islam, bahkan jauh sebelum ia lahir. Tepatnya pada
774 M, Raja Offa yang berkuasa di Inggris ketika itu mencetak koin emas
yang merupakan direct cop dari dinar Islam berikut tulisan Arabnya.
Semua tulisan di koin itu adalah tulisan Arab, kecuali pada satu si
sinya tertulis “OFFA REX “. Uniknya, koin emas Raja Offa itu juga
mencantumkan kalimat laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah dan juga
dua buah salib kecil di bagian bawah karena Raja Offa memang beragama
Nasrani.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa dinar Islam saat itu merupakan
mata uang terkuat di dunia. Selain itu, perekonomian umat Islam jauh
lebih maju dibandingkan dengan perekonomian Eropa ketika itu, juga
menunjukkan bahwa perdagangan internasional yang dilakukan para pedagang
Islam menjangkau sampai jauh ke Eropa Utara.
Adam Smith mengemukakan bahwa pasar akan diatur oleh tangan-tangan yang tidak terlihat (invisible hands).
Hal ini terkait dengan kritikan Adam Smith terhadap kaum Merkantilis
akan perlunya intervensi negara untuk mengatur pasar. Berdasarkan
penjelasan itu–Adam Smith banyak merujuk pada perekenomian Arab
Islam—bukan tidak mungkin konsep Invisible Hands ini diilhami pleh hadis
Rasulullah saw yang menjelaskan bahwa Allah-lah yang menentukan harga.
Bukankah konsep invisible hands ini lebih tepat dikatakan sebagai God’s Hands ?
Perbedaannya, Adam Smith menolak intervensi pasar (market intervention)
secara menyeluruh,sedangkan reaksi ekonomi syariah ditentukan oleh
penyebab naiknya harga. Bila penyebabnya adalah perubahan supply dan
demand, tindakan yang diambil adalah market intervention; namun bila penyebabnya bukan perubahan supply dan demand, tindakan yang tepat adalah price intervention dengan tujuan mengembalikan harga keseimbangan. Intervensi harga akan menimbulkan excess demand atau excess supply dan selanjutnya akan menimbulkan pasar gelap. Pasar gelap inilah yang menjadi potensi timbulnya kolusi dan korupsi.
Intervensi pasar yang dilakukan Rasulullah saw dan Khulafaur Rasyidin
adalah melalui sisi permintaan dan pasokan. Pada sisi pasokan,
intervensi dilakukan dengan mengatur jumlah barang yang ditawarkan
seperti yang dilakukan Umar ibnu Khathab r.a ketika mengimpor gandum
dari Mesir untuk mengendalikan harga gandum di Madinah.
Itulah beberapa pandangan Adam Smith tentang perekonomian Arab Islam
yang dikategorikan sebagai perekonomian negara maju. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep ekonomi Islam telah disadari oleh Adam Smith.
Adiwarman Karim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar