~*~ Dialog C.I.N.T.A Sepasang Sepatu ~*~
Kiri : "Kanan, apakah kau ingat, kapan
pertama kali kita saling jatuh cinta?"
Kanan : "Mungkin sejak
pertama kali tukang sepatu membuat pola kita, sepasang sepatu yang
serasi."
Kiri : "Apakah kau yakin kita memang saling mencintai
karena kita diciptakan sebagai pasangan?"
Kanan : "Kenapa
tidak?"
Kiri : "Kenapa tidak ???"
Kiri : "Lalu, kalau
kamu memang mencintaiku, kenapa selama ini kau tak pernah bilang, “Kiri,
aku cinta kamu” ?"
Kanan : "Karena itu hanya kata-kata. Tak
perlu diucapkan, yang penting kau tahu yang ada di hatiku untukmu."
Kiri : "Jadi, apakah kau mencintaiku?"
Kanan : "Hmmm..."
Kiri : "Hmmm... Hmm?"
Kanan : "Hmmm..."
Kiri :
"Kenapa sulit sekali mengucapkan cinta?"
Kanan : "Kau sudah
menanyakan ini ratusan kali, kenapa masih saja terus bertanya?"
Kiri : "Karena kau tak pernah menjawab dengan jelas."
Kanan :
"Jadi kau butuh kejelasan?"
Kiri : "Aku butuh diyakinkan.
Sekali saja aku ingin mendengar kau mengatakan cinta padaku..."
Kanan : "Hanya dengan kata-kata?"
Kiri : "Hanya itu yang
kubutuhkan."
Kanan : "Jadi kau hanya butuh kata-kata?"
Kiri : "Aku butuh diakui."
Kanan : "Kau sudah diakui."
Kiri : "Diakui apa?"
Kanan : "Kau adalah pasanganku."
Kiri : "Pasangan yang kau ..., apa?"
Kanan : "Repot sekali kau
ini. Hal simpel seperti ini saja kau buat jadi masalah yang rumit. Yang
penting kan kau tahu letakmu di hatiku."
Kiri : "Kau yang
membuatnya rumit. Apa susahnya menyatakan cinta kalau kau memang
mencintai pasanganmu?"
Kanan : "Itu hanya kata-kata, kiri!"
Kiri : "Karena hanya kata-kata itulah, kenapa jadi begitu sulit?!"
Kanan : "Kau tak butuh kata-kata dari pasanganmu, kau butuh
cintanya! Dan cinta bukan sekadar kata-kata... Kata-kata hanyalah
sesuatu yang sangat bersifat permukaan saja."
Kiri : "Kalau
memang yang hanya bersifat permukaan itu bisa membahagiakanku, kenapa
kau tidak memberikannya untuk membuatku bahagia? Bukankah itu sangat
ringan?"
Kanan : "Jadi kau hanya butuh kata-kata...?"
Kiri : "Aku butuh diyakinkan... Walau hanya lewat kata-kata."
Kanan : "Kau picik sekali."
Kiri : "Aku memang picik. Jadi,
coba sekali saja katakan padaku, “Kiri, aku mencintai kamu.”
Kanan : "Aku tidak bisa. Karena bagiku itu hanya kata-kata. Sedangkan
cintaku padamu jauh lebih dari sekadar kata-kata."
Kiri : "Jadi
kau tidak mencintaiku..."
Kanan : "Kiri, kau ini..."
Kiri : "Kalau kata-kataku barusan salah, ya perbaiki dong!"
Kanan : "Kamu yang harus memperbaiki cara berpikirmu!"
Kiri :
"Jadi kamu memang tidak mencintaiku?"
Kanan : "Aduh!"
Kiri : "Kenapa aduh?"
Kanan : "Kamu salah!"
Kiri :
"Apanya yang salah?"
Kanan : "Aku bukan tidak cinta kamu!"
Kiri : "Jadi kamu apa...?"
Kanan : "Aku sayang kamu."
Kiri : "Sayang? Jadi cuma sayang...?"
Kanan : "Aduh..."
Kiri : "Kenapa aduh lagi? Jadi kamu tidak bisa mengucapkan cinta padaku
karena kamu hanya sayang padaku?"
Kanan : "Bukan begitu."
Kiri : "Lalu apa?"
Kanan : "Oke, aku cinta kamu! Puas?"
Kiri : "Puas. Terima kasih. That simple, isn’t it? Kenapa tidak dari
dulu-dulu...."
Kanan : "Sungguh menguras tenaga...."
Kiri : "Itu sekadar ucapan, katamu. Kenapa begitu menguras tenaga...?"
Kanan : "Hhhh.... Apa lagi habis ini?"
Kiri : "Aku ingin
kamu mengucapkan itu di depan teman-teman kita."
Kanan :
"Great... "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar