Jika Anda punya anak tunggal tentu tidak
akan mengalami masalah ini. Tetapi jika Anda punya 2 orang anak atau
bahkan lebih, maka ini adalah sesuatu yang bisa membuat kepala Anda
pusing, bahkan bisa membuat Anda histeris mungkin. Banyak orang tua
sering mengeluhkan, saya nggak abis pikir dia itu bisa mengirikan
kakaknya atau bagaimana dia bisa mengirikan adiknya. “Kan saya sudah
berlaku adil terhadap mereka” ungkap orang tua
pada umumnya. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan masalah
ini? Persaingan antar saudara mau tidak mau pasti terjadi. Ini adalah
sebuah masalah untuk menunjukkan jati diri dari masing-masing anak.
Setiap manusia bahkan anak-anak ingin dirinya dianggap sebagai sosok
individu yang special. Nah,inilah yang terjadi pada anak-anak kita.
Seorang kakak dipuji karena ia pandai
menggambar misalkan, pandai berhitung misalkan. Nah, si adik tentunya
juga ingin dipuji, tetapi bukan terhadap hal yang sama mungkin. Mungkin
ia akan merasa bahwa, “ah.. saya tidak mungkin bersaing disitu karena
kakak saya lebih bagus” atau “adik saya lebih bagus”. Maka ia akan
mencari bidang yang lain. Jika Anda tidak tanggap terhadap hal ini,
inilah yang akan memicu persaingan itu jadi semakin sengit. Seringkali orang tua
mengatakan “aduh..hebatnya kamu”. Nah, ketika ia mengatakan ini di
depan adik atau kakak maka adik atau kakak tersebut bisa jadi akan
merasa tersinggung, “Koq dia yang dipuji, saya koq tidak”.Bagaimana
mengatasi hal ini? Inilah caranya:
1. Sederhana sekali, misalkan Anda
berhadapan dengan anak nomor 1 dan Anda ingin memuji dia. Anda bisa
mengatakan seperti ini, “Wah.. hebat nih, bagus sekali gambar kamu, sama
ya seperti juga gambar adik”. Anda memuji anak Anda yang nomor 1,
tetapi Anda juga memuji adiknya. Atau sebaliknya Anda berhadapan dengan
anak Anda yang nomor 2 dan di dekatnya ada anak nomor 1. Anda
mengatakan, “nah.. ini nih baru anak mama hebat sama seperti kakaknya”.
Kebanyakan yang di lakukan para orang tua
adalah memuji secara personal anak yang bersangkutan. Misalkan seorang
adik bisa menyelesaikan sebuah tugas dengan baik, kebanyakan orang tua
langsung memujinya “nah.. gitu hebat”. Nah, jika anak yang pertama Anda
diam, bukan berarti dia tidak punya perasaan apapun disana. Jika ini
sering terjadi dibawah sadarnya dia akan merasa bahwa, “ah.. papa atau
mama sayangnya hanya sama adik, sama saya tidak”. Ini bisa terjadi, jadi
berhati-hatilah terhadap hal tersebut. Jika Anda memuji anak Anda,
pastikan jika ada anak lain disana puji anak tersebut secara tidak
langsung. Jika tidak ada anak lainnya Anda boleh sampaikan pujian Anda
secara personel pada anak tersebut.
2. Masalah yang lain adalah kurangnya
waktu pribadi dengan masing-masing anak. Suatu hari saat selesai sebuah
seminar, seorang bapak menghampiri saya dan mengatakan bahwa dia punya
permasalahan untuk mengatasi persaingan antara anak-anaknya. Dia punya 2
orang anak dan dia mengatakan bahwa dia sudah bersikap adil pada mereka
semua. Bahkan mereka selalu keluar bersama-sama sebagai sebuah
keluarga, tetapi mengapa hal ini masih bisa terjadi. Kemudian saya
bertanya pada sang bapak ini. “Pak, apakah bapak pernah mengajak salah
seorang anak saja untuk pergi keluar bersama bapak sendiri. Atau mungkin
bersama bapak dan ibu”. “Itu tak pernah terjadi selama 13 tahun saya
menikah dan saya berkeluarga. Kita selalu pergi bersama-sama”. Nah,
inilah masalahnya. “Loh.. koq bisa?” kata bapak itu terkejut, mungkin
Anda bisa juga mengatakan oh.. bukankah itu juga hal yang bagus? Keluar
bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Bukankah itu menjalin sebuah
kebersamaan. Ya, itu memang menjalin sebuah kebersamaan, tetapi anak
Anda juga memerlukan sesuatu yang lain lagi. Dia ingin dianggap sebagai
individu yang special. Ketika Anda keluar hanya dengan salah satu anak
saja, katakanlah dengan anak nomor 1 saja kali ini, maka dia akan merasa
bahwa dirinya special. Ia akan merasa bahwa dirinya adalah yang
diperhatikan untuk saat itu. Lain kali Anda keluar dengan anak nomor 2
saja dan dia akan merasa bahwa dia juga diperhatikan. Karena sebagai
anak nomor 2, hal yang yang sering terjadi adalah dia akan selau merasa
sebagai nomor 2, karena memang itulah kenyataannya. Dia tidak akan
pernah merasakan kapan jadi nomer 1. Nah, sampai dia tua pun si kakak
pasti jadi nomor 1 dan ia jadi nomor 2, bukankah seperti itu. Karena itu
Anda perlu mengantisipasi perasaan ini, dengan cara menjadikannya nomor
1 pada satu waktu tertentu. Ajak dia keluar, istimewakan dia, buat dia
merasa bahwa “yes.. sekarang saya nomor 1″. Imbangi dengan sebuah
nasehat bahwa kakaknya juga penting. Katakan kepada anak Anda yang nomor
2 misalkan pada saat Anda mungkin mengajaknya makan di restaurant,
“hey.. kalau kita belikan kakak makanan kesukaanya bagaimana? nanti kamu
yang kasih oke”. Disini Anda membuatnya merasa penting, tetapi Anda
juga membuatnya untuk mempunyai rasa perduli pada saudaranya sendiri.
Nah, itu adalah hal-hal yang kecil yang
anda perlu lakukan agar persaingan-persaingan seperti ini tidak mencuat
jadi sebuah isu yang panas di keluarga Anda. Lakukan hal ini sejak
mereka masih kecil. Wah kalau anak saya sudah besar sekarang bagaimana?
Anda masih punya waktu untuk melakukannya sekarang. Perbaiki semuanya
dan Anda akan melihat hubungan mereka akan jauh lebih baik lagi dan
sebagai sebuah keluarga akan sangat kokoh dan sangat kuat.
Salam
Timothy Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar