Tahukah
Anda bagaimana seekor burung membuat sangkar dan mengerami telur –
telurnya…?? diperlukan kesabaran dan kerja keras untuk mengumpulkan
ranting kering satu demi satu. Dan setelah terkumpul dia buatkan sarang
untuk menetaskan telur – telur yang di kemudian hari akan menjadi
anaknya, dia erami dengan penuh kesabaran dan cinta kasih.
Mungkin
anda lebih tahu tentang jasa – jasa seorang Ibu di banding saya. 9
bulan bukan waktu yang sebentar untuk membawa janin kemanapun Dia
pergi, segala gerak gerik nya menjadi terbatas diakibatkan dengan
beban janin yang dibawa. Ketika akan melahirkan sang Ibu harus
berjuang diantara hidup dan mati, diantara batas kepasrahan menahan
sakit dan semagat untuk melihat senyum si jabang bayi. Setelah lahir
ibu masih juga di repotkan dengan memberikan ASI dan terganggu
tidurnya karena rengekan si kecil diwaktu malam.
Si
ibu masih juga di sibukan dengan kenakalan dan ulah sianak ketika
beranjak dewasa, sering kali si anak merasa segala ucapa ibunya tak
layak didengar sebagaimana tak layangnya sampah yang terbawa banjir,
bahkan ketika sianak sudah mapan dan menikah dia menjauh dari ibunya,
dia sibuk dengan keluarga barunya seakan lupa dari mana asal susu yang
dia minum ketika kecil.
Apakah
sang ibu marah…???, Allah berikan kesabaran kepada seorang wanita
melebihi kesabaran seorang Ibu burung tadi, ketika sang anak mengalami
kegagalan dalam mengarungi biduk rumah tangganya, sang Ibu dengan
hati lapang mendengarkan kelu kesah anaknya, rela kembali menjadi
penjaga anaknya.
Kita
semua tahu kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah terbalas oleh
apapun yang kita punya, setiap napasnya adalah harapan bagi anak –
anaknya, denyut nadinya adalah semangat untuk permata hatinya , bahkan
ucapannya adalah doa yang tak ada hijab antara Dia dan Tuhannya,
tangisnya bisa menggetarkan 7 lapis langit dan bumi.
Begitu
besar kasih sayang seorang Ibu, dan tahukah anda, ada kasih sayang
yang berpuluh – puluh kali melebihi kasih sayang seorang ibu…???,
sadarkah anda siapa gerangan Dia… ??? Dia lah yang menyebabkan saya dan
anda ada hingga saat ini.
Dia
lah yang memberikan kita napas tanpa harus membayar disetiap
hembusannya, Dia lah yang memberikan 1 pahala ketika niat baik baru di
hati dan 10 pahala bahkan lebih ketika sudah dalam bentuk perbuatan,
dan tidak di hitung dosa ketika masih dihati sebelum kita lakukan, Dia
yang menjaga Kita bahkan ketika kita tertidur.
Setiap sepertiga malam Dia turun ke bumi sambil berseru .. .”Siapa yang minta ampun maka akan AKU ampuni , siapa yang bertobat maka tobatnya AKU terima”
.Tapi sayang saat – saat itu kita sedang terlelap tidur atau bahkan
sedang berusaha mendurhakainya dengan menghabiskan malam kita dengan
berbuat maksiat.
Ketahuilah
saudaraku , Allah swt menurunkan agama untuk kita bukan sebagai
beban apalagi untuk menyulitkan kita , melainkani sebagai tuntunan
agar kita tidak tersesat ketika harus pulang kembali kepada-Nya.
Agama
di permisalkan seperti rambu – rambu lalu lintas, ketika hijau kita
berjalan , merah harus berhenti dan kuning harus hati – hati, mana
kala kita melakukan diluar dari pada segala ketentuan itu maka
kekacauan lah yang akan terjadi, jadi jangan heran ketika alam sudah
tidak ramah lagi, waktu hujan kemarau yang datang , musim kemarau
hujan yang datang. Itu semua tak lain hanya sebagai peringatan bahwa
ada yang terjadi tetapi tidak sesuai dengan apa yang Allah mau.
Mana
kala kita tidak juga mengindahkan segala bentuk peringatan tersebut,
jangan salahkan Allah ketika Dia mengigatkan dengan lebih keras dari
yang biasa Dia lakukan. Walau bagamana pun Dia maha pengampun,
sebesar apapun dosa yang kita perbuat Dia dengan rahim-Nya selalu
menerima kita ketika kembali bersimpuh dan mengakui segala kelemahan
kita.
Jadi
masih pantaskan kita menyalahkan-Nya dengan musibah yang
menimpa…????, masih pantaskah kita menuntut keadilan dari-Nya setelah
apa yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri…??? Bukankah
seharusnya kita menjadi takut akan keadilan-Nya karena setiap apa yang
telah kita perbuat akan diukur dengan ukuran-Nya yang sudah pasti
banyak sekali ketidak sempurnaan amal kita yang cacat disana sini,
disebabkan karena selama ini kita selalu mengukur dengan ukuran kita
bukan menurut ukuran-Nya.
Bila tidak segera kembali kepada-Nya maka pada siapa lagi kita akan kembali ???
harapandiri.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar