Welcome to My Blog

Selasa, 05 Juni 2012

" Seorang Ibu dan Tuhan "

74424566.jpg
Tahukah Anda bagaimana seekor burung membuat sangkar dan mengerami telur – telurnya…?? diperlukan kesabaran dan kerja keras untuk mengumpulkan ranting kering satu demi satu. Dan setelah terkumpul dia buatkan sarang untuk menetaskan telur – telur yang di kemudian hari akan menjadi anaknya, dia erami dengan penuh kesabaran dan cinta kasih.
 
Setelah menetas dia terbang mencari makan dan dia suapi anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tapi apa yang anak burung lakukan ketika dewasa…?? sang anak burung pergi seakan lupa dengan jasa ibunya.

Mungkin anda lebih tahu tentang jasa – jasa seorang Ibu di banding saya. 9 bulan bukan waktu yang sebentar untuk membawa janin kemanapun Dia pergi, segala gerak gerik nya menjadi terbatas diakibatkan dengan beban janin yang dibawa. Ketika akan melahirkan sang Ibu harus berjuang diantara hidup dan mati, diantara batas kepasrahan menahan sakit dan semagat untuk melihat senyum si jabang bayi. Setelah lahir ibu masih juga di repotkan dengan memberikan ASI dan terganggu tidurnya karena rengekan si kecil diwaktu malam.
200542413-001.jpg
Si ibu masih juga di sibukan dengan kenakalan dan ulah sianak ketika beranjak dewasa, sering kali si anak merasa segala ucapa ibunya tak layak didengar sebagaimana tak layangnya sampah yang terbawa banjir, bahkan ketika sianak sudah mapan dan menikah dia menjauh dari ibunya, dia sibuk dengan keluarga barunya seakan lupa dari mana asal susu yang dia minum ketika kecil.
 
Apakah sang ibu marah…???, Allah berikan kesabaran kepada seorang wanita melebihi kesabaran seorang Ibu burung tadi, ketika sang anak mengalami kegagalan dalam mengarungi biduk rumah tangganya, sang Ibu dengan hati lapang mendengarkan kelu kesah anaknya, rela kembali menjadi penjaga anaknya.
 
Kita semua tahu kasih sayang seorang ibu tidak akan pernah terbalas oleh apapun yang kita punya, setiap napasnya adalah harapan bagi anak – anaknya, denyut nadinya adalah semangat untuk permata hatinya , bahkan ucapannya adalah doa yang tak ada hijab antara Dia dan Tuhannya, tangisnya bisa menggetarkan 7 lapis langit dan bumi.
 
Begitu besar kasih sayang seorang Ibu, dan tahukah anda, ada kasih sayang yang berpuluh – puluh kali melebihi kasih sayang seorang ibu…???, sadarkah anda siapa gerangan Dia… ??? Dia lah yang menyebabkan saya dan anda ada hingga saat ini.
 
Dia lah yang memberikan kita napas tanpa harus membayar disetiap hembusannya, Dia lah yang memberikan 1 pahala ketika niat baik baru di hati dan 10 pahala bahkan lebih ketika sudah dalam bentuk perbuatan, dan tidak di hitung dosa ketika masih dihati sebelum kita lakukan, Dia yang menjaga Kita bahkan ketika kita tertidur.
 
Setiap sepertiga malam Dia turun ke bumi sambil berseru .. .”Siapa yang minta ampun maka akan AKU ampuni , siapa yang bertobat maka tobatnya AKU terima” .Tapi sayang saat – saat itu kita sedang terlelap tidur atau bahkan sedang berusaha mendurhakainya dengan menghabiskan malam kita dengan berbuat maksiat.
 
Ketahuilah saudaraku , Allah swt menurunkan agama untuk kita bukan sebagai beban apalagi untuk menyulitkan kita , melainkani sebagai tuntunan agar kita tidak tersesat ketika harus pulang kembali kepada-Nya.
 
Agama di permisalkan seperti rambu – rambu lalu lintas, ketika hijau kita berjalan , merah harus berhenti dan kuning harus hati – hati, mana kala kita melakukan diluar dari pada segala ketentuan itu maka kekacauan lah yang akan terjadi, jadi jangan heran ketika alam sudah tidak ramah lagi, waktu hujan kemarau yang datang , musim kemarau hujan yang datang. Itu semua tak lain hanya sebagai peringatan bahwa ada yang terjadi tetapi tidak sesuai dengan apa yang Allah mau.
 
Mana kala kita tidak juga mengindahkan segala bentuk peringatan tersebut, jangan salahkan Allah ketika Dia mengigatkan dengan lebih keras dari yang biasa Dia lakukan. Walau bagamana pun Dia maha pengampun, sebesar apapun dosa yang kita perbuat Dia dengan rahim-Nya selalu menerima kita ketika kembali bersimpuh dan mengakui segala kelemahan kita.
Jadi masih pantaskan kita menyalahkan-Nya dengan musibah yang menimpa…????, masih pantaskah kita menuntut keadilan dari-Nya setelah apa yang kita lakukan terhadap diri kita sendiri…??? Bukankah seharusnya kita menjadi takut akan keadilan-Nya karena setiap apa yang telah kita perbuat akan diukur dengan ukuran-Nya yang sudah pasti banyak sekali ketidak sempurnaan amal kita yang cacat disana sini, disebabkan karena selama ini kita selalu mengukur dengan ukuran kita bukan menurut ukuran-Nya.
200542168-001.jpg
Bila tidak segera kembali kepada-Nya maka pada siapa lagi kita akan kembali ???
harapandiri.wordpress.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar