Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Suatu ketika, ada seorang pendaki
gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya,
ada ransel carrier dan beragam carabiner(pengait) yang tampak
bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela
bahunya. Pendakian kali ini cukup berat,persiapan yang dilakukan pun
lebih lengkap.
Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang
tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan
berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang
tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki
jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang
di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.
Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding
yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya
tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia
harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait
ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga,
ada badai salju yang datang tanpa disangka.
Longsoran salju
tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang
mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya
terhempas-hempas ke arah dinding.
Badai itu terus berlangsung
selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah
menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua
perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di
pinggangnya.
Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang
terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak
tahu dimana ia berada. Sang pendaki begitu cemas, lalu ia
berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana
ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang
padanya.
Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu,
tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan
sesuatu. “Potong tali itu…. potong tali itu. Terdengar senyap melintasi
telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah
suara ini adalah pertolongan dari Tuhan?
Tapi bagaimana
mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding
ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku
bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi
keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa…
Beberapa
minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung
terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak
telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan
tanah, hanya berjarak 1 meter saja….
***
Sahabat,
mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau
menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki
itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan
bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1
meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang
justru membuatnya terhalang.
Begitulah, kadang kita berpikir,
mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin
sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang
kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini.
Kita sering mendapati
ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita.
Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus,tanpa perlu menanjak, agar
kita terbebas dari semua halangan itu?
Namun sahabat, cobaan
yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian,
adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang
terus diasah. Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada
tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA
PERCAYA. Ya, asal kita percaya.
Seberapa besar rasa percaya
kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita “memotong tali
pengait” saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita
kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam
diri kita kepada-Nya?
Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu.
Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.
Sahabat-ku, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam
setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan
temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya,
maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar