Welcome to My Blog

Senin, 05 Maret 2012

... KISAH SEORANG NENEK PENGUMPUL BUNGA KAMBOJA ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah ini berpesan kepada kita semua sebagai pembaca untuk tidak mudah putus asa dalam mencapai segala sesuatu hal yang ingin kita raih. selama nafas ini masih menyambung, mengapa tidak kita tetap berusaha dan terus berusaha.

=================

Saya adalah seorang wanita lulusan dari salah satu universitas swasta. Hingga saat ini selama 7 tahun saya masing belum bisa mencapai keinginan saya untuk bisa bekerja disebuah perkantoran layaknya wanita-wanita karier lainnya yang sering saya jumpai di jalan.

Sudah berkali-kali saya mencoba kesana kesini, namun hasilnya selalu nihil. Tak ada satupun perusahaan yang menerimaku. Padahal predikat kelulusan ku cukup terbilang memuaskan. Hingga saat ini akhirnya saya putus asa untuk mengirimkan lamaran kerja, kemudian saya memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Saat itu usaha yang saya geluti adalah restoran, sayangnya segala bidang yang saya pelajari tak sedikitpun yang bisa saya gunakan didalam usaha saya ini. Saya merasa semakin lama semakin memberikan beban kepada kedua orang tua ku yang kian hari kian menua. Apalagi belakangan ini aku sering mengalami sakit yang tak jarang hingga dirawat di rumah sakit.

Hingga sebuah kejadian yang membuka mataku atas diriku yang semakin hari semakin terkubur semangatku untuk tetap berusaha mencapai cita-cita ku yang selalu kudambakan semenjak duduk dibangku kuliah.

Siang itu saat hari pertama Idul Fitri, kami sekeluarga biasanya mengunjungi makam kakek dan nenek yang berada di TPU yang berjarak sekitar 100 kilometer dari rumah kami.

Begitu ramai orang-orang yang datang sengaja berziarah ke makam saudara atau orang tuanya.

Sambil berlalu berjalan di jalan setapak antara makam-makam yang berjejer di kanan kiri, aku perhatikan seorang nenek dengan cucunya yang duduk ditepi batu makam sambil sesekali memunggut kembang kamboja yang jatuh berguguran dari pohonnya.

Sesampainya kami dimakam Kakek-Nenek yang bersebelahan. Kemudian tiba-tiba Nenek serta cucunya mendekati rombongan kami dan membersihkan rerumputan yang berserakkan disekitar makam. Namun saat menemukan bunga kamboja yang telah layu mengering gugur dari pohonnya, sang nenek memasukkan kedalam sebuah kantong yang ternyata berisi kembang kamboja yang telah berwarna kecoklatan mengering.

Merasa penasaran yang kian mengisi hatiku. Aku beranikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada nenek yang terlihat sekujur kulit yang telah mengerut termakan usia serta rambut yang disanggul telah memutih bersama usianya yang sekitar 80′an. Nenek setua itu masih sekuat itu. Kalau diriku setua itu, mungkin aku enggan keluar rumah apalagi memunggut satu persatu kembang kamboja yang berserakan di lahan pemakaman umum terbilang cukup luas.

Yang saya herankan, bila mereka menginginkan kembang kamboja itu, mengapa tak langsung saja dipetik dari pohonnya, mengapa mereka menunggu satu persatu kembang kamboja itu berjujuran jatuh ke atas tanah dan baru mereka mulai memunggutinya satu persatu.

“Nek. Kalau saya boleh tahu, untuk apa nenek dan cucu nenek ini mengumpulkan kembang-kembang kamboja yang telah layu itu. Memangnya nenek akan pergunakan untuk apa.” tanya saya yang ikut berjongkok menyamakan posisi tubuhku dengan nenek tersebut.

“Kalau nenek memang mau mengumpulkan kembang kamboja tersebut, mengapa nenek tidak menyuruh anak nenek untuk memetiknya saja. Nenek mungkin tak akan selelah ini berada dibawah terik matahari setiap hari.”

Dengan senyum yang berkembang seakan menyejukkan mata yang memandang. Nenek itu hanya memberikan jawaban yang sungguh meneguhkan hati kecilku yang mungkin tak akan pernah ada lagi rasa itu.

“Cu. Nenek memang setiap hari datang kesini untuk mengumpulkan kembang kamboja ini, seperti yang kamu lihat ini. Nenek setiap hari berada disini juga karena merasa ingin selalu mengunjungi suami nenek yang juga dimakamkan di Pemakaman Umum ini. Kalau memang sudah waktunya jatuh, tanpa naik untuk memetiknya maka kembang kamboja tersebut pun akan jatuh dengan sendirinya. Selain itu kembang kamboja yang nenek kumpulkan bersama cucu nenek tak lain adalah kembali dijual lagi kepada pengelolah untuk di olah menjadi “obat pengusir nyamuk“. Dengan mengumpulkan kembang kamboja ini, nenek tidak merasakan suatu keputus asaan saat menunggu dengan sabar kembang kamboja yang berguguran.”

“Selain itu sambil menunggu. Nenek sesekali memberikan makam suami nenek. Nenek merasa kami semakin dekat. Meski kini suami nenek telah meninggal sekitar 20 tahun yang lalu dan sekarang telah berada di sisi Allah SWT. Namun nenek masih bersyukur diberikan kesempatan hingga saat ini untuk tetap berbakti kepada Suami nenek.”

Mendengar segala penuturan kata-kata yang dilontarkan oleh sang nenek, bagiku kata-kata itu merupakan sebuah teguran kepada diriku. Mengapa nenek yang setua dan serenta itu saja tak ada kata putus asa. Selama 20 tahun, ia setiap hari datang ke pemakaman sendiri dibawah terik matahari panas yang membakar kulitnya. Dengan kesabaran, nenek itu menunggu kembang-kembang kamboja itu jatuh berguguran ke atas tanah tanpa mesti dipetik.

Makna kata itu sungguh telah menampar hatiku yang telah putus asa dengan mudahnya, padahal yang ku alami mungkin baru beberapa bulan, sedangkan nenek renta yang hampir tiga kali lipat umurnya, masih dengan tekun mengumpulkan kembang kamboja di pemakaman, sedangkan aku, usia yang terbilang muda ini sudah mengeluh putus asa atas segala usaha yang aku lakukan untuk mengapa cita-cita yang telah kuimpikan kian lama.

Betapa malu diri ini mendengar penuturan sang nenek yang mulia ini, dengan setia dan sabar ia selalu datang selain mengumpulkan kembang kamboja, nenek itu pun datang membersihkan pemakaman suaminya setiap hari. Begitu setia hati seorang wanita yang telah rentah ini kepada pasangannya.

===

Note : Jangan’lah dengan mudah kita memvonis diri kita atas keputusasaan yang menimpa diri kita dalam mencapai sebuah cita-cita yang kita dambakan.dimana ada sebuah kemauan, dimana ada sebuah kesempatan. Sekecil apapun lorong yang sempit itu. Bila itu ada sebuah jalan untuk menembus pada sisi di ujungnya. Maka pasti ada sebuah jalan yang bisa kita lalui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar